Selamat Berkunjung di Blog's Paryanto | Media Informasi dan Silaturahmi

Sholat Idul Fitri 1436 H di Lapangan Kweni

Sabtu, 18 Juli 2015

Share this history on :
Sholat Idul Fitri Warga Pedukuhan Kweni Panggungharjo Sewon Bantul akan dilaksanakn pada Jum’at Pahing 17 Juli 2015 mulai pukul 06.30 di Lapangan Kweni tepatnya di Jalan Bantul Km 5 Yogyakarta. Pelaksanaan sholat idul fitri ditangani oleh Takmir Masjid Masjid An-Najwa dengan Imam/Khotib ; Bapak Asep Shalahudin, S.Ag.M.Pd.I.

Tema khutbah “MENYIBAK MAKNA SPIRITUAL DAN PESAN MORAL PUASA RAMADHAN” berisi uraian sebagai berikut :

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ َالْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَ إِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 


Kaum muslimin yang berbahagia Rahimakumullah

Gema Takbir, tahlil dan tahmid yang kita kumandangkan, menyadarkan kita bahwa tidak ada yang paling Agung kecuali Allah, Allah adalah satu-satunya Tuhan dan tidak ada Tuhan selain Allah. Oleh karena itu, marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah SWT, atas segala ni’mat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita semua, terutama ni’mat Iman dan Islam.
 Allahu Akbar Allahu Akbar Laa Ilaaha Illallah Allahu Allahu Akbar Wa Lillahihamd
Jamaah Ied Rahimakumullah
             Iedul Fithri selalu mengunjungi kita tiap tahun setelah kita selesai menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Ibadah puasa yang kemarin kita laksanakan selain untuk memenuhi perintah Allah, juga merupakan kebutuhan kita dengan tujuan agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. Demikianlah Allah memberi pengarahan kepada kita dalam firmannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة:183)
Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu betaqwa
            Takwa yang menjadi tujuan disyariatkannya ibadah puasa merupakan akumulasi akhlak Islam. Ibadah dan akhlak merupakan dua bidang penting dari risalah Islam disamping akidah dan mu’amalah. Antara ibadah dan akhlak memiliki hubungan yang erat. Siapa saja yang baik dalam melaksanakan ibadahnya, maka akan membuahkan akhlak yang baik baginya. Demikian pula siapa yang memiliki akhlak yang baik tentulah akan berdampak positif baginya dalam melaksanakan ibadah. Semoga ibadah puasa yang telah kita selesaikan dapat membuahkan al-Akhlak al-karimah pada diri pribadi kita masing-masing.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Kabira
Kaum Muslimim Muslimat Rahimakumullah
Jika kita berpuasa hanya sekedar tidak makan dan minum, sementar perbuatan maksiat tetap dilakukan dan perbuatan-perbuatan tidak baik pun terus ditekuni, maka dalam berpuasa tersebut kita hanya memperoleh lapar dan haus seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ اْلجُوْعُ وَاْلعَطْسُ
Betapa banyak orang melakukan puas tetapi yang diperoleh dari puasanya itu hanyalah lapar dan haus
Oleh karena itu apabila puasa kita berfungsi sebagaiman yang dituju oleh al-Qur’an, maka akan terlihat perubahan-perubahan pada diri kita untuk terus berupaya menjadi orang yang taat beragama, memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama umat Islam dan selalu menjaga martabat dengan budi pekerti yang luhur. Maka do’a yang pantas kita ucapkan ke haribaan Allah adalah,
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ
Semoga Allah menerima puasa kita dan semoga kita termasuk golongan orang yang kembali kepada kesucian dan memperoleh kemenangan

Allahu Akbar Allahu Akbar Laa Ilaaha Illallah Allahu Akbar Allahu Akbar Wa Lillahilhamd
Setiap kita bertemu dengan bulan ramadhan pasti diakhiri dengan Idu Fitri. Idul fitri merupakan salah satu hari raya yang disyariatkan bagi umat Islam, disamping Idu Adha yang kita rayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Idul fithri bagi umat Islam memiliki makna yang mendalam. Karena, Idul fithri adalah hari yang mengingatkan kita terhadp kembalinya manusia kepada fithrah asal kejadiannya yang suci dan bersih dari segala macam noda dan dosa. Islam mengajarkan kepada kita bahwa asal kejadian manusia adalah fithrah, suci dan tidak berdosa dan Islam tidak mengenal adanya dosa warisan. Rasulullah saw bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ أَنْ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخارى ومسلم)
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, maka (peranan) kedua orang tuanyalah (yang akan menjadikan anak tersebut dikemudian hari menjadi) beragama Yahudi, Nasharni atau Majusi
Dalam hadis lain Rasulullah saw menjelaskan bahwa siapapun yang telah sungguh-sungguh dan tekun menunaikan ibadah puasa di bulan yang penuh barokah ini dilukiskan seperti seorang bayi yang keluar dari rahim ibunya dalam keadaan bersih dan suci dari dosa. Gambaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut; bulan Ramadhan dalam urutan kalender hijriyyah merupakan bulan kesembilan, sedangkan bulan syawwal adalah bulan kesepuluh. Seorang bayi secara sempurna berada dalam rahim dan kandungan ibunya selama sembilan bulan. Setelah itu, pada bulan kesepuluh, ia lahir dari rahim ibunya dalam keadaan fithrah atau suci dan tidak berdosa.
Oleh karena itu Rasulullah saw menjelaskan lebih lanjut dalam hadisnya, bahwa setelah berpisah dari bulan Ramadhan dan bertemu dengan idul fithri, siapapun yang telah tekun dan bersungguh-sungguh beribadah selama bulan Ramadhan dilukiskan sebagai orang yang telah keluar dari dosa – karena dosa-dosanya telah diampuni oleh Allah.



Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Kabira
Kaum Muslimim Muslimat Rahimakumullah
Sebagai orang yang beriman kita diperintahkan oleh Allah swt agar selalu melakukan evaluasi terhadap apa yang telah kita lakukan untuk perbaikan dan peningkatan amal dan karya kita dimasa akan datang
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (الحشر:18)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah masing-masing dari kamu untuk melakukan evaluasi apa yang telah lalu untuk masa akan datang, dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnyu Allah Maha Waspada terhadap apa yang akan kalian lakukan
Sebagai evaluasi kita terhadap pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan dapat disimpulkan bahwa umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa dapat diklasifikasikan pada:
  1. Sebagian umat Islam masuk di bulan Ramadhan dan keluar dari bulan Ramadhan tidak ada perubahan sedikitpun pada dirinya dan tidak ada menambah kecintaanya untuk melakukan amal kebajikan. Orang yang semacam ini adalah orang yang tidak memanfaatkan momentum yang sangat baik (Ramadhan furshatun littaghyiir) untuk melakukan dan meraih amal kebajikan di bulan yang penuh barokah dan ampunan
  2. Sebagian umat Islam ada yang mengetahui keberadaan Allah hanya di bulan Ramadhan saja, ketika bulan ramadhan tiba mereka tampak rajin dan tekun melaksanakan berbagai macam ibadah baik shalat, puasa, membaca al-Qur’an, mengeluarkan infak, shadakah, zakat dan lain sebagainya. Akan tetapi setelah Ramadhan meninggalkannya, mereka pun kembali kepada perbuatan maksiat dan berlumuran dengan dosa. Kepada orang-orang yang semacam ini hendaklah segera bertaubat dengan taubat yang sebanar-benarnya (taubatan nashuha), yaitu menyesali perbuatan yang telah dilakukan, memiliki keinginan yang kuat untuk meninggalkannya dan tidak melakukan kembali perbuatan-perbuatan tersebut. Jika mereka tetap melakukannya dan tidak mau menghentikannya, maka Allah akan memberikan azab yang sangat besar karena mereka secara terang-terangan telah mempermainkan kewajiban, perintah dan larangan Allah.
  3. Sebagian umat Islam ketika menjalankan ibadah puasa, mereka hanya mengendalikan nafsu perutnya dari hal-hal yang mubah (tidak makan dan minum) dan tidak melakukan hubungan seksual di siang hari. Akan tetapi mereka tidak mampu mengendalikan anggota tubuhnya lainnya dari hal-hal yang dilarang dan diharamkan oleh agama. Mereka berpuasa dengan tidak makan dan minum, akan tetapi mulutnya tidak mampu untuk tidak ngrasani orang lain, berbicara kotor, dan berbohong. Begitu pula mata atau pandanganya selama dia berpuasa tetap digunakan untuk melihat sesuatu yang tidak boleh untuk dilihat, dan tangannya tetap digunakan untuk melakukan sesuatu yang dilarang seperti ghashab, mengambil hak orang lain, mencuri dan korupsi.
  4. Sebagian umat Islam – mudah-mudahan kita semua termasuk dalam kelompok ini – adalah orang-orang yang dengan penuh kesabaran menanti kedatangan bulan Ramadhan, merasa senang akan hadirmya bulan Ramdhan yang penuh barokah, dan sungguh-sungguh dalam menjalankan bermacam-macam peribadatan seperti shalat di awal waktu, melaksanakan shalat malam terus menerus, membaca al-Qur’an dan tadarus al-Qur’an setiap hari dilakukan, mengeluarkan infak dan shadakah dan amal-amal kebajikan lainnya.

Allahu Akbar Allahu Akbar Laa Ilaaha Illallah Allahu Akbar Allahu Akbar Wa Lillahilhamd
Setelah kita melakukan evaluasi pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan, apa yang harus kita lakukan untuk sebelas bulan kedepan?
Oleh karena itu, dalam rangka untuk mengisi dan melakukan aktivitas kita setelah Ramadhan, kita perlu mengungkap kembali makna spiritual dan pesan moral yang terkandung di dalam bulan ramadhan, dan bagaimana kita mengetahui tanda-tanda orang yang sukses dalam menjalankan puasa dengan rangkaian kegiatan lainnya, agar kita bisa terus menerus menghidup-hidupkan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan kita selanjutya.

Pertama, dengan melakukan qiyamu ramadhan/shalat lail/shalat tahajjud atau yang populer dengan sebutan shalat tarawih yang dilaksanakan selama sebulan penuh dapat mendorong kita agar selalu menambah kualitas ibadah kita kepada Allah swt, baik shalat wajib lima waktu di awal waktu atau pada waktu yang telah ditentukan, maupun shalat-shalat sunat lainya; seperti shalat tahiyatul masjid, shalat dhuha dan shalat rawatib.
Kedua, ketika memasuki bulan ramadhan kita didorong untuk memperbanyak membaca al-Qur’an dan sekaligud melakukan tadarus al-Qur’an. Dengan melakukan dua kegiatan tersebut (tilawah dan tadarus al-Qur’an) diharapkan al-Qur’an dapat menjadi pedoman hidup sehari-hari. Karena dengan selalu berkomitmen kepada al-qur’an merupakan satu-satunya jaminan keselamatan di dunia dan akhirat, dan dengan dua kegiatan tesebut pula sekaligus kita dapat mensikapi peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah saw dalam hadisnya,
سَيَأْتِى عَلَيْكُمْ زَمَانٌ لاَيَبْقَى لِلْقُرْآنِ إِلاَّ رَسْمُهُ وَلاَ مِنَ اْلإِسْلاَمِ إِلاَّ إِسْمُهُ يَتَسَمَّوْنَ بِهِ وَهُمْ أَبْعَدُ النَّاسِ مِنْهُ مَسَاجِدُهُمْ عَامِرَةٌ خَرَابٌ مِنَ اْلهُدَى فُقَهَاءُ ذَلِكَ الزَّمَانِ شَرُّ فُقَهَاءِ تَحْتَ ظِلِّ السَّمَاءِ مِنْهُمْ خَرَجَتِ اْلفِتْنَةُ وَإِلَيْهِمْ تَعُوْدُ
Akan datang kepada kamu sekalian suatu masa (dimana) al-Qur’an tinggal tulisannya (saja), Islam tinggal namanya (saja), orang-orang mengatas namakan Islam namun (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang paling jauh (dari ajaran-ajaran Islam), pada saat itu pula akan banyak masjid-masjid yang didirikan dengan megah (namun) keropos dari petunjuk (Allah dan rasul-Nya), orang-orang yang mengetahui agama pada saat itu merupakan orang yang paling buruk yang ada di muka bumi ini, karena dariu mereka bwermunculan fitnah dan kepada mereka pula (akibat) fitnah tersebuyt kembali

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Kabira
Kaum Muslimim Muslimat Rahimakumullah
Megapa hal ini perlu diingatkan kembali? Karena pada kenyataannya ketika mengakhiri bulan Ramadhan dan memasuki bulan Syawwal, mayoritas kaum muslimin menjauhkan al-Qur’an dari kehidupannya, alunan suara orang membaca al-Qur’an mulai dan jarang terdengar oleh kita sedangkan acara televisi sedemikian menyatunya dengan mata, hati dan pikiran kaum muslimin. Bahkan lebih jauh dari itu, akhir-akhir ini ada upaya sekelompok orang yang melontarkan pikiran-pikiran sesat yang akan menghancurkan syariat Islam dan jelas-jelas bertentangan dan menyimpoang ari al-Qur’an dan Sunah Nabi saw. Hal ini dapat kita saksikan dengan adanya upaya penyusunan Draft Revisi Kompilasi Hukum Islam (KHI), diantaranya menghalalkan pernikahan silang antar umat beragama, mereka membolehkan nikah mut’ah atau nikah kontrak minimal selama 19 tahun, mereka berusaha untuk mengobrak abrik hukum waris dengan dalil persamaan hak.
Oleh karena itu, marilah kita selalu menyegarkan kembali kegiatan yang berkaitan dengan al-Qur’an, yaitu menyisihkan waktu 15-20 menit dalam sehari untuk membaca al-Qur’an, meningkatkan pemahaman kita terhadap al-Qur’an dengan cara melakukan tadaraus al-Qur’an, baik dengan mempelajari arti dan maknanya, mengajarkan pengetahuan yang telah diperoleh dari al-Qur’an dan membaca tafsir-tafsir al-Qur’an dalam rangka memahami kedalamnan makna al-Qur’an.
Ketiga, puasa sering diartikan dengan pengendalian diri dari tidak makan, minum dan hubungan seksual di siang hari bulan Ramadhan. Jika di bulan Ramadhan atau di siang hari bulan Ramadhan kita mampu mengendalikan diri dari makan, minum yang merupakan perbuatan yang mubah, maka seharusnyalah kita akan lebih mudah mengendalikan diri (anggota tubuh kita) dari perbuatan yang dilarang dan diharamkan oleh agama. Setelah puasa Ramadhan selesai dilaksanakan, mulut kita akan tetap terjaga dari perkataan kotor, berdusta dan yang tidak bermanfaat, telinga kita akan digunakan untuk mendengar hal-hal yang pantas untuk didengarkan, tangan kita akan digunakan pula untuk melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat, langkah kaki kita akan diarahkan ke tempat-tempat yang baik dan penuh dengan barokah, begitu pula perut kita akan lebih selektif menerima makanan yang halal dan bergizi, baik zatya maupun cara memperolehnya.
لاَيَكُوْنُ اْلعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيْكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ
Tidaklah seseorang dikatakan bertakwa, kecuali dia mampu melakukan perhitungan terhadap dirinya sebagaimana ia membuat perhitungan kepada parnernya , dari mana makanan dan pakaian tersebut diperoleh
Keempat, Tujuan disyariatkannya ibadah puasa adaalh mendidik manusia agar menjadi orang yang selalu bertakwa kepala Allah kapan dan dimanapun kita berada (ittaqillah haitsumaa kunta). Beberapa sifat orang yang bertakwa yang perlu kita tumbuh suburkan dalam kehidupan kita untuk sebelas bulan berikutnya, antara lain; sanggup menginfakkan hartanya di jalan Allah baik diwaktu lapang maupun sempit, mampu menahan amarah tidak cepat tersinggung dan naik pitam, suka memaafkan kesalahan orang lain dan mau meminta maaf kepada orang yang diperbuat salah, mampu menjai pelopor dalam kebajikan bukan menjadi beban atau sampah masyarakat.

Kaum muslimin yang berbahagia Rahimakumullah

Akhirnya marilah kita berdo’a, semoga Allah SWT. senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk-Nya kepada kita semua dan mudah-mudahan saudara-saudara kita yang sedang melaksanakan ibadah Haji dapat mencapai dambaan setiap haji yakni dapat meraih predikat haji mabrur.

Ya Allah ya Tuhan kami, berilah kami kesabaran untuk memikul penderitaan, dan berilah kami kebijaksanaan untuk menyatakan kebenaran dan keberanian untuk membela keadilan.

رَبِّ اجْعَلْ هذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ اْلأَصْنَامَ

Ya Allah ya Tuhan kami, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkanlah kami beserta anak cucu kami dari menyembah berhala

رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِى وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللهِ مِنْ شَيْئٍ فِى اْلأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ
Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah baik yang ada di bumi maupun di langit.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابِ

Ya Allah ya Tuhan kami beri ampunlah kami juga ibu bapak kami dan sekalian mukminin pada hari terjadinya perhitungan

Ya Allah ya Tuhan kami perkenankanlah do’a kami
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكوننّ من الخاسرين () اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات ياقاضي الحاجات () ربنا أفرغ علينا صبرا وثبّت أقدامنا وانصرنا على القوم الكافرين وانصرنا على القوم الظالمين وانصرنا على القوم المنافقين وانصرنا على القوم الحاسدين () ربنا هب لنا من أزواجنا وذرّيّاتنا قرّة أعين واجعلنا للمتّقين إماما() ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار( )سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين () والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : paryanto@saraswati.web.id
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan koment